Minggu, 26 Oktober 2014

wawasan tentang filsafat pendidikan



RINGKASAN MATERI
MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
Tugas V
”Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan”

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTtJz3D1k3qwpnt4Ii8TCuXX81SzvKSjHn_2xvC4z3YZHHPAGB8


Disusun oleh :
Putri Nadila Sari
1300204
                          


KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

A.     Pengertian Filsafat Pendidikan
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia.
              Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang  pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis White Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
               Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan kesalahan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.
Berikut ini, beberapa pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli:
·         Menurut Jhon Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fudamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju tabiat manusia.
·         Menurut Imam Barnadib filsafat pendidikan merupakan ilmu uang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidilkan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosof terhadap pendidikan.
·         Muhammad Labib al-Najihi: Filsafat pendidikan adalah suatu aktivitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu sebagai jalan mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan yang merumuskan kaidah-kaidah norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

B.     Subjek/ Objek Filsafat
Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat:
a.       Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas
1.      Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta
2.      Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)
b.      Obyek Formal/ Sudut pandangan seseorang terhadap sesuatu yang ada
Ilmu
Objek material
Objek formal
Sosiologi
manusia
Interaksi sosial
Psikoogi
Manusia
Tingkah laku
Ekonomi
Manusia
Memenuhi kebutuhan
pendidikan
Manusia
Membentuk kepribadian
Kesehatan           
Manusia
kondisi individu
Botani
Tumbuhan
Struktur,bentuk tumbuhan

  C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
a.       Para pendidik adalah orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik.
b.      Murid atau anak didik adalah objek dari para pendidik dalam melakukan tindakan yang bersifat mendidik.
c.       Mateeri pendidikan yaitu bahan-bahan yang disusun sedemikian rupa dengan susunan yang logis untuk disampaikan kepada anak didik.
d.      Perbuatan mendidik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik ketika menghadapi peserta didik..
e.       Metode pendidikan merpakan strategi relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan pada saat menyampaikan materi kepada peserta didik.
f.       Evaluasi dan tujuan pendidikan.
g.       Alat-alat pendidikan dan lingkungan pendidikan.

Menurut Jalaludin dan Idi (2007: 24 ) secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1.      Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan
2.      Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan.
3.      Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.
4.      Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, teori dan pendidikan.
5.      Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
6.      Merumuskan sistem sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang baisanya diterima secara kritis atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap terhadap kepercayaan da sikap yang sangat kita junjung tinggi. Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingku filsafat :
  1. Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
  2. Tentang ada dan tidak ada.
  3. Tentang alam, dunia dan seisinya.
  4. Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
  5. Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
  6. Tuhan tidak dikecualikan.
Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang amat luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas. Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalhan kehidupan mausia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga objek pemikiran filsafat pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri.

Prinsip-prinsip Pembelajaran



MAKALAH
PERENCANAAN PEMBELAJARAN




KELOMPOK 2 :

                                    NADIA VANI AMORY       1300225/2013
                                    WIDYA ASTUTI PUTRI      1300235/2013
                                    PUTRI NADILA SARI         1300204/2013
                                    SITA HERMIATI                  1300203/2013



KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2014






KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirahim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT,yang mana atas berkat rahmat dan karunia nya penulis dapat menyusun,menulis dan menyelesai kan makalah PERENCANAAN PEMBELAJARAN ini yang berjudul PRINSIP PENDAGOGIS DAN DIDAKTIS Hal yang paling mendasar yang mendorong kami dalam menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah PERENCANAAN PEMBELAJARAN,untuk mencapai nilai yang baik yang memenuhi syarat perkuliahan,dan sekaligus kita bisa memahami materi dari PRINSIP PENDAGOGIS DAN DIDAKTIS.Sebagai bahan penulisan diambil dari beberapa sumber yang mendukung penulisan ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih pada dosen pembimbing,yang mana telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik,meskipun jauh dari kata sempurna,andai ada kekurangan dalam makalah ini kami butuh kritik dan saran yang bersifat membangun.






                                                                                         Padang , September 2014

                                                                                                                
                                                                                                     Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pendahuluan
            Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar.
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Prinsip belajar pada umumnya
2.      Prinsip belajar Pedagogis
3.      Prinsip belajar Didaktis

C.     Tujuan Makalah
Agar pebaca mengetahui prinsip-prinsip belajar dan untuk memenuhi tugas diskusi dalam pertemuan minggu ke 4 dalam mata kuliah Perencanaan Pembelajaran.










BAB II
PEMBAHASAN

Prinsip belajar menurut Gestalt adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahn dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
Prinsip belajar menurut Robert H. Davies adalah suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi diirnya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.
Prinsip belajar adalah landasan berpikir , landasan berpijak dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjlalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
A.    Prinsip-Prinsip Belajar pada Umumnya
I.       Prinsip-prinsip belajar yang dikemukanan oleh Rothwal A.B (1961) adalah :
1.      Prinsip kesiapan (Readiness)
Prinsip belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan belajar siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.

2.      Prinsip Motivasi (motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.

3.      Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interprestasi tentang situasi yang hidup.  Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari orang lain. Persepsi ini mempengaruhi individu.

4.      Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh pelajar pada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.

5.      Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajara semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setingi-tinginya. Pengajara yang hanya memperhatikan satu tingkat saaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.

6.      Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.

7.      Prinsip Belajar Kognitif
Belajar ,kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan maslaah dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi.

8.      Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.

9.      Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemampuan dalam pencapian tujuan.

10.  Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu meenetukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.

II.                Prinsip – Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk
1.      Prinsip efek kepuasan ( law of effect )
Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-Respon.

2.      Prinsip pengulangan ( law of exercise )
Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah dilatih.

3.      Prinsip kesiapan ( law of readiness )
Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atu tidak berbuat sesuatu.

4.      Prinsip kesan pertama ( law of primacy )
Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta didik.

5.      Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )
Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari.

6.      Prinsip bahan baru ( law of recentcy )
Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.



7.      Prinsip gabungan ( perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan )
Bahwa hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika jarang atau tidak pernah dilatih.

SecaraUmum, Prinsip-prinsipbelajarberkaitandengan :
1.      Perhatian Dan Motivasi

Perhatianmempunyaiperanan yang pentingdalamkegiatanbelajar. Dari kajianteoribelajarpengolahaninformasiterungkapbahwatanpaadanyaperhatiantakmungkinterjadibelajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatianterhadapbelajarakantimbulpadasiswaapabilabahanpelajaransesuaidengankebutuhannya.
Apabilabahanpelajaranitudirasakansebagaisesuatu yang dibutuhkan, diperlukanuntukbelajarlebihIanjutataudiperlukandalamkehidupansehari-hari, akanmembangkitkanmotivasiuntukmempelajarinya. Apabilaperhatianalamiinitidakadamakasiswaperludibangkitkanperhatiannya.
Di sampingperhatian, motivasimempunyaiperanan yang sangatpentingdalamkegiatanbelajar. Motivasiadalahtenaga yang menggerakkandanmengarahkanaktivitasseseorang. Motivasidapatdibandingkandenganmesindankemudipadamobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).
Demikianmenurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasidapatmerupakantujuandanalatdalampembelajaran. Sebagaitujuan, motivasimerupakansalahsatutujuandalammengajar. Guru berharapbahwasiswatertarikdalamkegiatanintelektualdanestetiksampaikegiatanbelajarberakhir. Sebagaialat, motivasimerupakansalahsatufaktorsepertihalnyaintelegensidanhasilbelajarsebelumnya yang dapatmenentukankeberhasilanbelajarsiswadalambidangpengetahuan, nilai-nilai, danketerampilan.
Motivasimempunyaikaitan yang eratdenganminat. Siswa yang memilikiminatterhadapsesuatubidangstuditertentucenderungtertarikperhatiannyadandengandemikiantimbulmotivasinyauntukmempelajaribidangstuditersebut. Motivasijugadipengaruhiolehnilai-nilai yang dianggappentingdalan, kehidupannya. Perubahannilai-nilai yang dianutakanmengubahtingkahlakumanusiadanmotivasinya. Karenanya, bahan-bahanpelajaran yang disajikanhendaknyadisesuaikandenganminatsiswadantridakbertentangandengannilai-nilai yang berlakudalammasyarakat.
Sikapsiswa, sepertihaInya motif menimbulkandanmengarahkanaktivitasnya. Siswa yang menyukaimatematikaakanmerasasenangbelajarmatematikadanterdoronguntulkbelajarlebihgiat, demikian pula sebaliknya. Karenanyaadalahkewajibanbagi guru untukbisamenanamkansikappositifpadadirisiswaterhadapmatapelajaranyang menjaditanggung  jawabnya.
Insentif, suatuhadiah yang diharapkandiperolehsudahmelakukankegiatan, dapatmenimbulkan motif. Hal inimerupakandasarteoribelajar B.F. Skinner dengan operant conditioning-nya’ (Hal inidibkarakanlebihlanjutdalamprinsipbalikandanpenguatan).
Motivasidapatbersifatinternal, artinyadatangdaridirinyasendiri, dapatjugabersifateksternalyaknidatangdari orang lain, dari guru, orang tua, temandansebagainya.
Motivasijugadibedakanatasmotif intrinsikdan motif ekstrinsik. Motif intrinsikadalahtenagapendorong yang sesuaidenganperbuatan yang dilakukan.Sebagaicontoh, seorangsiswa yang dengansungguh-sungguhmempelajarimatapelajaran di sekolahkarenainginmemilikipengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif ekstrinsikadalahtenagapendorong yang ada di luarperbuatan yang dilakukannyatetapimenjadipenyertaanya. \Sebagaicontoh, siswabelajarsungguh-sungguhbukandisebabkaninginmemilikipengetahuan yang dipelajarinyatetapididorongolehkeinginannaikkelasataumendapatijazah. Naikkelasdanmendapatijazahadalahpenyertadarikeberhasilanbelajar.
Perhatianeratsekalikaitannyadenganmotivasibahkantidakdapatdipisahkan. Perhatianialahpemusatanenergipsikis (fikirandanperasaan) terhadapsuatuobjek. Makin terpusatperhatianpadapelajaran, proses belajarmakinbaikdanhasilnyaakanmakinhaik pula. Olehkarenaitu guru harusselaluberusahasupayaperhatiansiswaterpusatpadapelajaran. Memunculkanperhatianseseorangpadasuatuobjekdapatdiakibatkanolehduahal.
Pertama, orang itumerasabahwaobjektersebutmempunyaikaitandengandirinyaumpamanyadengankebutuhan, citacita, pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objekitusendiridipandangmemilikisesuatu yang lain dari yang lain, atau yang lain dari yang biasa, lain dari yang padaumumnyamuncul.

Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :
• Perhatian dan Motivasi
• Keaktifan
• Keterlibatan langsung atau pengalaman
• Pengulangan
• Tantangan
• Balikan dan penguatan (law of effect)
• Perbedaan individual

B.     Prinsip-Prinsip Belajar Didaktis

1.      Prinsip-prinsip Didaktis :
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip didaktis adalah dasar-dasar yang melandasi aktivitas mengajar guru agar mutu pencapaian tujuan instruksional dapat tinggi . Prinsip-prinsip didaktis itu tidak lain adalah pedoman-pedoman atau kaidah-kaidah yang harus dipenuhi guru dalam melakukan tugas mengajarnya.

a)      Ada tiga prinsip didaktis yang dapat memudahkan siswa dalam menguasai bahan ajaran, yaitu :

·         Prinsip pemusatan perhatian
Guru hendaknya senantiasa mengusahakan siswa-siswanya untuk untuk memusatkan perhatian pada proses belajar mengajar. Tujuan prinsip ini agar perhatian siswa tidak menyimpang. Dasar pemikiran perlunya prinsip pemusatan perhatian ini berkaitan dengan tiga aspek, yaitu :
1.      aspek didaktis :
 bahwa jika siswa-siswa memusatkan perhatiannya, maka kondisikelas menjadi tenang. Siswa yang memusatkan perhatiannya tidak memilikikesempatan untuk berbuat hal-hal yang mengganggu kelas. Dan akibatnya prosesbelajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
2.      aspek pedagogis :
bahwa pemusatan perhatian itu menyebabkan memiliki kebiasaanyang baik, yaitu kebiasaan memusatkan perhatian.

3.      aspek psikologis :
bahwa jika perhatian itu dipusatkan, maka segala perangsangyang mengganggu dapat diabaikan. Dan jika segala perangsang dikesampingkan, makakemungkinan masuknya perangsang yang diharapkan sangat besar. Dan akibat dariitu, siswa menjadi lebih cermat, teliti, serta memperoleh pemahaman yang mendalamtentang segala isi proses belajar mengajar.

·         Prinsip Keaktifan
Guru hendaknya mengusahakan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar . Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak saja ditandai oleh keterlibatanya secara jasmaniah, akan tetapi yang lebih dari itu adalah keterlibatan mental. Siswa yang mentalnya aktif dalam proses belajar mengajar akan menyimak penjelasan guru dengan baik atau pembicaraan siswa lainnya, mengamat-amati, melakukan penyelidikan, melakukan analisis, membuat keputusan, memikirkan alternatif pemecahan masalah dan sebagainya. Dengan keaktifan itu diperoleh intensitas belajar yang maksimal. Berbagai cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan keaktifan belajar siswa adalah penggunaan berbagai macam strategi, tidak mendominasi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan yang luas bagi partisipasi aktif siswa, mau mendengarkan perasaan siswa, mengerti siswa dari sudut pandang siswa, dan menerapkan pendekatan multi media.

·         Prinsip Peragaan
Dasar prinsip peragaan ini adalah adanya kenyataan bahwa pemahaman itu meliputi 80% melaui aktivitas visual, 11% melalui aktivitas mendengar, dan 8 % melalui aktivitas indera lainnya.

C.     Prinsip-Prinsip Belajar Pedagogis
Pedagogi  bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Pedagogi juga bermakna ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Makna yang lebih luas dari pedagogi adalah sadar terhadap arah, tujuan dan ciri dari proses pedagogi.
Alberto Garcia et al (2005) mengkonseptualisasikan  pedagogis sebagai tindakan guru dan siswa dalam  konteks organisasi sekolah, dimana interaksi itu dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berorientasi pada tujuan institusional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat. Alberto Garcia et al (2005) berpendapat bahwa pedagogis merupakan tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah, dimana interaksi itu dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berteoritis pada tujuan intirusional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat. Sedangakan, Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses pedagogis sebagai sebuah pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan.
Prinsip-prinsip pedagogis adalah proses pedagogis yang menjadi standar dan prosedur tindakan yang menentukan dasar pedagogis apa yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian. Menurut Addine (2001), prinsip-prinsip pedagogis itu adalah:
      1.            Kesatuan karakteristik ilmia dan ideologi dari proses pedagogis.
      2.            Prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting, yaitu: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia.
      3.            Berorientasi pada proses salah satu yang mengibinasikan karakter dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa.
      4.            Prinsip yang merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan perkembangan proses, karena didasarkan pada kesetuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umum.
      5.            Domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering,
      6.            Masing-masing Subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.









BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip didaktis adalah dasar-dasar yang melandasi aktivitas mengajar guru agar mutu pencapaian tujuan instruksional dapat tinggi.
Prinsip pedagogis adalah proses pedagogis yang menjadi standar dan prosedur tindakan yang menentukan dasar pedagogis apa yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian.




















DAFTAR PUSTAKA
1.      Uno, Hamzah B.2006.Perencanaan Pembelajaran.jakarta:Bumiaksara.
2.      Sanjaya, wina.2010.Strategi pembelajaran “Berorientasistandar proses pendidikan”.jakarta:kencana.